25/12/11

mulai ngeblang

entah hilang kemana?
semangat dan rasa yang dulu bisa tertuang dalam sebuah coretan, hilang begitu saja..
semua jadi titik-titik yang berada di awang-awang. ingin merasakan kembali tapi apakah aku bisa??
question for me,,, When????

05/12/11

tuan putri tidur..

..tuan putri tidur..

kurang tahu kenapa dari segala sebutan aku malah memilih nama itu sebagai sebutan.Dulu mungkinkusebut aja putri senyum sehingga ia terus menebarkan keceriaan dan senyum manisnya kesemua orang yang ada disekitarnya. Tuan putri tidur, kedengaran aneh memang tapi nama itu terbesit begitu saja. Berawal dari pertemuan dengan putri manis itu, disore itu tak menyangka kami bisa deket. tapi untuk kesekian kalinya aku salah dalam menafsirkan tentang kedekatan kami yang hanya sebatas teman biasa dan tak lebih, hanya hati ini telah memilih so aku mengalir aja dengan rasa yang ada didalam diri ini. Anak kecil mempertemukan kami, dia emang suka banget ama anak kecil jadi di sore itu dengan keceriaannya dia datang menambah ramai suasana dengan anak-anak. Tapi setlah tahun berganti ia mulai jarang terlihat. Gak tahu apa yang menjadi alasannya tapi mungkin ia sedang tak ingin aja dan memang ada kepentingan yang lain aja jadi ia tak pernah datang. Ia malah sering terlihat murung.
Awalnya mungkin kami hanya saling bertukar kata dalam pesan singkat sampai pada suatu saat kami mulai deket bercerita, ngobrol meski hanya lewat dunia sms tapi boleh dibilang kami sedikit mengerti satu sama lain. ya dia cerewet orangya sih, lugu, polos, baik dan terkadang juga suka lemot dan sukar untuk mencerna suatu makna. satu lagi yang aku inget dia suka bete dan bosen sendiri dengan pesta orang kaya yang formal, dia emang kaya sih tapi namanya juga anak muda mungkin betenya karena gak ada yang sepantaran atau apa juga gak ngerti atau mungkin bukan dunianya, padahal itu dunia asli anak orang kaya, tapi ia tetep aja bete . sebenarnya bayanginya bete aku bisa ketawa sendiri, pingin rasanya ngbuat ia tidak merasa bete. Aku hanyalah orang luar jadi hanya pesan singkat aja yang bisa kulakukan sambil berharap betenya bisa ilang. Tapi yang kudapati berbeda, kayaknya ia tetep aja bete, yach aku memang tak pandai mengubah suasana untuk pertama kalinya aku meraskan aku tak bisa berbuat apa-apa untuk membuatnya senyum.
Ia suka keju, coklat, es krim, durian dan dulunya ia penikmat kopi. Tapi gak tahu kenapa ia sekarang jadi suka yang namanya nangis. Kurang mengerti dengan apa yang terjadi tapi dengan perilakuku, perkataanku aku malah menambah ia jadi senang untuk menangis( padahal senyumnya manis banget bikin kangen). Tapi senyumnya malah jadi senyum simpul.
Teringat keju, durian gak tau kenapa aku tak begitu suka ama kedua macam makanan itu. Terutama durian, padahal menurut orang itu rajanya buah tapi gak tahu alasan apa aku gak suka ama durian. Sejak mengenalnya aku belajar untuk menyukai yang namanya keju, tapi untuk durian tetep tidak bisa. Itulah beda kami meski dulu ia pernah bilang suka warna biru sama seperti aku tapi untuk durian aku belum bisa. Sering perbedaan terjadi diantara kami, selisih pendapat, marah, sling diem menjadi sebuah hal yang kemudian sering kami jalani. Sebenarnya aku yang sering membuatnya jengkel dan marah, tapi aku hanya pingin bilang ‘ aku sudah mulai menikmati apa yang namanya keju”. Pernah suatu kali aku memberikan kado terburuk untuk ulang tahunnya yang ke 19, sebuah tangisan yang seharusnya tak perlu. Karena rasa cemburu aku hanya ingin dia pergi karena aku tak boleh pergi. Rasa itu seharusnya tak kuperturutkan seharusnya aku bersikap sebatasnya teman karena memang tak ada sesuatu yang spesial diantara kami. Aku pingin dia menjadi benci sama aku sehingga ia dapat meraih senyumnya karena aku tahu siapa yang bisa membuatnya tersenyum. Sahabat baikku sendiri yang orangya emang angel dan polisi baginya. Dia baik bahkan baik banget aku tak pantas untuk dibandingkan dngannya. Dia selalu bisa untuk membuatnya tersenyum, beda banget dengan aku yang hanya bisa membuat nya menitiskan air mata. Tapi gak tahu kenapa aku terlalu menikmati peranku menjadi evil, seharusnya aku membantunya untuk bisa tersenyum dengannya, bukan malah memperturutkan egoku. Lagi-lagi aku hanya bisa membuatnya menangis.
Dia suka banget ama foto tapi gak suka untuk difoto dan juga suka banget ama yang namanya bola basket. Sebuah olahraga yang kurang begitu aku sukai. Karena tubuhku tak terlalu tinggi mungkin jadi sejak smp aku tak mau belajar untuk bermain basket. Selain itu mungkin itu memang permainan orng elit bukan seperti aku yang lebih suka bermain gobak sodor. Aku memang orang jadul mungkin jadi lebih tertarik dengan permainan yang kayak gitu. Baru setelah mengenal dia dan teman baiknya aku mulai suka bermain basket walau aku tak jago bahkan tak pandai untuk memainkannya, entah gak tahu kenapa aku jadi suka untuk memainkannya. Beda banget ama angel yang mahir bermain basket dan suka ama foto tapi tak suka untuk difoto. Itulah salah satu kesamaan mereka, lagi-lagi aku terlalu memperturutkan perasaan. Banyak hal bodoh yang aku lakukan, bukan membuat senyum tapi malah membuatnya simpul.
Dia terbiasa dengan ac yang beda banget dengan aku yang gak begitu suka ac. Aku lebih terbiasa bersahabat dengan mentari, ya mungkin itu yang membuat muka ini jadi item padahal ku masih ingat wajahku saat kecil, putih sebenarnya tapi beda banget dengan aku yang sekarang.Setiap kemanapun ia pergi ia sering banget memakai taksi, beda kali ya dengan saya yang keseringan naik bus, memang beda isi dompet yang terlalu jauh haha, masih teringat jelas sekali ia naik bus, gak tahu kenapa aku khawatir. Dia tak terbiasa berdesak-desakan atau kepanasan saat ia bepergian. Aku takut dia akan mabuk perjalanan. Dunia yang bukan dunianya banget. Aku kira dia gak jadi datang tapi malah nekat padahal aku tahu dia sangat tak terbiasa untuk naik bus berdesak-desakkan.Saat kami pulangpun aku hanya bisa nawarin dia untuk naik bus karena memang gak ada taksi ataupun mobil yang bisa untuk mengantarnya pulang. Lagi aku gak pintar untuk mengubah suasana malah aku membuatnya sangat marah dengan sikapku yang memaksanya untuk dia duduk, gak berhenti disitu saja usai turun dari bus bukan taksi yang nyaman yang aku berikan untuknya, malah aku salah pilih taksi karena aku memang tak tahu memilih taksi yang nyaman yang biasa ia gunakan. Duniaku memang berbeda banget dengannya coba kalau bus, aku pasti ngerti mana yang nyaman, mana yang cepet sampei. Dalam taksi itupun aku hanya bisa bilang dalam hati “maafin aku”.
waktu itu dia emang terlihat sedih dan gak tahu kenapa aku hanya pingin ngelihat dia tersenyum aja. Pingin rasa untuk membuat dia senyum tapi tangan ini tak sampai bisa mengusap air mata. teringat jelas waktu dia mau nangis diperpus, bahkan uda keliatan air matanya bukan kata hiburan malah aku memarahinya. Maaf aku memang tak pandai untuk menghibur. Sebenarnya dia hanya pingin menceritakan sesuai dengan apa yang aku minta darinya. Bukannya mendengarkan dengan baik tapi sebelum ia cerita aku tak kuat melihat dia menangis. Gak tahu musti apa yang aku lakukan aku malah memarahinya, ALLAH mungkin saat itu mengingatkan bahwa aku tak boleh ikut campur terlalu dalam. Itu sudah masuk ke arah yang sangat pribadi, masalah yang jika aku turut campurpun tetep gak bisa merubah apa yang terjadi. Seiring berjalannya waktu bukannya menarik diri aku malah menjadi sok ngerti, sok tahu dengan apa yang terjadi. Padahal aku tak pernah tahu apa yang terjadi dengannya. Menjadi orang yang ingin terlihat mengerti tapi bukan senyum yang tak kunjung hadir di wajahnya yang polos itu malah tangis dan simpul yang aku terlihat. Seharusnya sejak peristiwa di perpus itu aku mengerti batasanku tapi aku malah sering melanggar batas itu.
Sedikit ngerti mengenai masalah yang terjadi, ternyata itu masuk ke area yang sangat pribadi, lagi aku berpikir aku siapa? bukan siapa-siapa lantas aku musti berbuat apa? hanya pingin ngelihat dia senyum aja. senyum sehingga air mata tak lagi menetes.
Dia suka banget ama hujan, apa karena itu dia jadi hobi untuk meneteskan air mata. padahal ketika melihat nya menangis aku gak tahu kenapa hati ini juga terasa sesak., katanya hujan itu bisa membuat dia sedikit tenang dalam menghadapi setiap permasalahannya. Dan gak tahu kenapa aku malah melarang dia untuk hujan-hujanan, selain maslah entar jadi skit setelah ujan-ujanan, aku hanya gak pingin aja dia terbiasa dengan hujan. dengan terbiasnya ia dengan hujan aku takut ia jadi terbiasa untuk menangis, karena setiap ia bermain hujan aku mendapatinya ia sering menangis. Hanya dengan melarangnya paling tidak aku pingin dia mengingat, menikmati hujan tak selalu dengan hujan-hujanan.
Di tempat itu tak sengaja aku lewat dan melihat dia baru saja keluar dari kamar mandi. yang bikin aku sesek itu adalah ketika dia bilang abis mimisan. 'Gak pa-pa', dia memang sering terlihat pucet bahkan ia juga membawa in haler, tablet atau pil yang ia namakan vitamin, bahkan sering juga bawa masker. Mungkin karena backgroun orangtuanya yang masih ada hubungannya dengan rumah sakit, meski bukan dokter jadi bawaannya mungkin bisa gitu. dia kuat bahkan lebih kuat dari aku, dengan santainya ia bilang 'gak pa-pa mas, aku kan gak sakit'. padahal aku sampai menghela nafas melihatnya, meski aku tidak tahu kau kenapa tapi aku pingin ngelakuin sesuatu, sehingga wajah itu terlihatnya berseri bukan pasi.
Dia takut banget ama gelap, takut ama kecoa dan juga petir. Tapi yang paling ditakuti itu adalah sesuatu tentang abannya. Hal yang sering membuatnya menangis bahkan lebih dari rasa takut yang terkadang membuatnya bisa berteriak hebat. gak tahu apa yang terjadi diantara mereka, tapi itulah yang membuat ia menangis. sejak saat itu dia seperti orang yang tertidur, suka berperan menjadi oranglain. Lebih tepatnya suka menutupi kesedihannya agar terlihat ceria depan teman2nya. Dia emang selalu tabah dan terlihat ceria menghadapi hari tapi gak tahu kenapa aku melihatnya menangis, sejak saat itu aku menyebutnya "Tuan Putri Tidur" yang belum bangun karena menanti pangeran yang akan membangunkannya dan membuat harinya benar2 penuh senyuman.
Seharusnya sejak dia bilang polisinya itu X aku nyadar itu salah satu alasan yang bisa membuat ia terbangun. aku malah berbuat salah dengan memperturutkan perasaan dalam menjalin ikatan diatara kita, kita memang hanya sebatas teman, dan aku yang salah menafsirkan. bukan salah menafsirkan tapi aku tahu hanya saja bersikap gak mau tahu hanya mementingkan egoku. lagi-lagi kau malah menangis.
aku dulu memang pernah bermimpi pergi kerumahmu dan bertemu dengan ,,, dengan gampang aku bilang pada ,, bahwa aku akan menjaga senyumanmu tapi apa yang kuperbuat malah membuatmu lebih nyenyak tertidur, kau sering cemberut melihat pesan singkatku, kau menangis dengan lakuku, kau jengkel dengan apa yang keluar dari mulut ini, yA, bukan senyum TAPI MALAH TANGIS, mungkin arti mimpi itu terbalik bahwa aku hanya akan membuatnya sering menangis.
Banyak kata yang ingin tertuang tapi aku tak mampu menulisnya dalam coretan ini. aku hanya pingin bilang, Tuan Putri tidur cepatlah kau bangun,,,

23/11/11

menulis lagi..

dan ingin kumulai lagi setelah sekian lama aku mulai kehilangan feel untuk menulis. setelah aku mengenalnya sebenarnya pingin banyak yang aku tulis tapi gak tahu kenapa tangan ini enggan untuk menulis. apa yang dirasa memang berbeda dengan apa yang ingin dilakukan, tapi ingibn kumulai lagi, dari awal aku mulai...
menulis lagi,,

17/11/11

jadikan ini baik

Ketika kita sudah memulai maka kita musti siap untuk mengakhiri. ketika sebuah proses itu telah diawali dengan baik maka jadikanlah ini baik pada akhirnya,,

13/10/11

tak bisa biasa,,

meski terus mencoba tapi tak kan pernah tahu apa yang terjadi. mencoba belajar biasa, tapi tak pernah bisa biasa. padahal dulu pernah tidak saling bertemu malah pernah saling tidak mengenal satu sama lain.

11/10/11

Sory ya, ketinggalan

haha, kejadian lucu yang tak pernah kusangka bakal terjadi. padahal dulu aku ngedengernya dari orang lain, tapi kini aku mengalaminya sendiri. uda, basa basinya,, perjalanan itu dimulai,,, tepat disore itu ketika kami (aku dan adik tingkatku yang selalu punya wajah dengan ekpresi datar atau jarang terlihat senyum) hendak pergi kesuatu tempat tepatnya sih di acara anak-anak di atas sana dimana masih banyak ditemui hijaunya pepohonan dan sejuknya udara di pagi hari. tapi kalau malam dinginnya minta ampun.kami berangkat awalnya mau jam 4 tapi karena biasa jam karetnya jawa kami jadinya berangkat sekitar jam stengah 5 lebih, untungnya tadi uda ashar di masjid depan jadinya bisa langsung capcus. awalnya kami berdua mau barengan ama kelompok 07, tapi tak ceritain dulu ya. kami mampir dulu untuk ambil stiker dulu di daerah kampus kentingan. abis itu kami meluncur, tapi mampir lagi ke pom bensin. haha, inilah awal ceritanya. Setelah Adik tingkatku itu, sebut aja si A (emang nama depannya pake huruf A tapi ini disamarkan padahal uda banyak yang tahu) _kebanyakan kurungnya. Si A tak suruh nunggu dulu didepan sambil aku beli bensin,,, sudah selesai langsung aku samperin dia kayak orang ilang didepan pom bensin sambil nunggu kawan-kawan 07 yang tadi janjian. haha,, karena takut kemaleman juga karena lampu belakangnya mati jadi aku bilang ke a, gmana kalau kita duluan, tapi tak sms dulu. dia cuma jawab yo, terserah. oke, ters aku sms kawan 07, kemudian setelah sedikit lama (padahal cuma beberapa menit) aku kemudian yang tetep nangkring di motor, bilang yuk berangkat atau uda siap (ah ini aku lupa bilang apa) tapi setelah itu aku ingatnya, wis? langsung aku pacu motor tanpa ragu,,, wus....., dengan kencengnya motor itu kupacu tanpa menoleh kebelakang tentunya. e terasa ringan,,, cepat sampe gak kerasa kayak ada yang berkurang. tiba-tiba hape berdering,, ah, gak kupeduliin, paling dari kakakku yang nanya kapan pulang atau dari kawan 07. dan tanpa menoleh ke belakang tetep aja kupacu motor karena hari uda mulai gelap diatas. tapi kok hpku bunyi lagi setelah tadi bunyi. ah pingin menepi sambil aku bilang ke orang belakang tak menepi dulu ya ada telepon. trus aku menepi,, tarraaa......hebatnya sambil menepi aku tengok hpe kok miscallnya dari A... wow tak toleh kebelakang ternyata e ternyata emang ada yang ketinggalan si A gak ada,,, hohoho..... ketinggalan dimana ya ?????? terus tadi aku boncengin siapa??? tak angkat deh telpunnya sambil teriak atau apa gak tahu karena gak jelas, terus aku puter balik dengan kecepatan 90 km/jam gak ampe seratus soalnya jalannya juga rame dan sejak peristiwa dulu insting naik motorku jadi berkurang.so, tanpa pikir panjang terus aja ku naik motor menuju tkp tempat si A ketinggal. kring ada sms lagi keknya, ternyata dari si A,, dia bilang, aku ada di deket lampu merah (intinya itu tapi lupa kata-kata yang sebenarnya) ya uda ku terus menuju tkp sambil ketawa sendiri dalam hati sambil ngebayangin reaksi gerutuan dia. pasti lucu, soalnya dia selalu sih dengan ekspresi datar akhir-akhir ini. gak tahu kenapa, musti sedikit tahu tentang masalah dia. Thit... gak sah dibahas kalau itu langsung ke tkp aja. sesampai di tkp emang bener dia kek anak ilang aku lihatnya sambil megang hape. (maaf tadi kutinggal, Kata, sik terdengar wis). ya uda kusamperin dia sambil ngedenger gerutuan dia dengan ekpresi yang gak lagi datar sebentar, terus keknya aku bilang sorry apa tidak lupa yang jelas aku dan dia lanjut berangkat ke tujuan sambil sedikit candaan terbawa. Katanya aku gak boleh nyritain peristiwa ini so, aku iyain aja paling dia sendiri yang akan cerita. Hohoho, malu, lucu dan apa deh namanya yang jelas ini emang sangat lucu bagiku. maafin aku ya, al.. hehe,, tapi ternyata gak smpe disitu uda mau smpe di atas ternyata kami di beri hadiah lagi, e bannya kempes... ada-ada aja perjalanan dengan dia yang meninggalkan sebuah memori yang terekam lagi. memori perjalan solo-sukuh yang bisa dibilang seru,,, dan kalau gak lucu bagi yang baca gak apa deh kan hanya pingin menulis dalam coretan aja.. hehehe 'buat si tokoh, sering senyum aja ya,,' keep smle :)

08/09/11

H

sebuah kata yang kan menjadi penguat
membuat akan selalu bertahan
ketika mata ini tak mampu melihat
atau tangan tak lagi bisa menggenggam
namun selama hal itu masih ada
jiwa ini kan selalu hidup
"Harapan"
sebuah awal dari langkah yang begitu panjang
jalan yang belum kuketahui penghujungnya
jalan yang mempertemukan aku dengan persimpangan ini
walau kini aku masih terlelah,
namun selama masih ada walaupun hanya satu titik
aku kan terus melangkah dalam kegelapan ini
dan akan kuciptakan cahaya harapan ini

16/08/11

G

Sesosok tokoh yang menginspirasi
perjuangan yang tak kan pernah usai
dan terus akan di dengungkan
dulu dengan kalimatmu kamu berjuang
kini dengan semangatmu kami berjuang..
meski kadang kami berjuang bukan untuk negri
tapi kami akan terus bermanfaat
dengan satu kalimat
"terus berkarya dan bermanfaat apapun itu karyamu"







08/08/11

F..

Bukan balap formula atau yang lain. Ketika aku mendengar huruf ini satu yang terpikir adalah, keluarga,,
kemanpun aku melangkah pasti akan menemukan keluarga baru...

26/06/11

.......

titik-titik yang belum terisi
sebuah jawaban atas setiap tanya
namun ketika aku terdiam
titik itu menjadi sebuah huruf
masih samar
perlahan-lahan mulai terlihat
entah sampai kapan mata ini melihatnya jelas
hanya sebuah kalimat,
percayalah..
pasti akan terisi
hanya tinggal masalah waktu
sehingga titik ini akan berubah menjadi kalimat...
dan setiap adanya menyimpan sebuah jawaban..

gak ada ide...

entah dimulai sejak kapan, namun akhir-akhir ini aku tak bisa menulis lagi seperti dulu. Mungkin lebih tepatnya kehilangan feel. Padahal dengan stu kata aku mungkin bisa mengembangkannya menjadi sebuah paragraf tapi sekarang feel itu tiba-tiba menghilang. Entah sampai kapan,,,, kemanakah????

05/05/11

kadang hal baik itu musti dipaksa

Tanpa terasa sudah mau menginjak hari raya, aku tetap datang ke masjid itu bersama Rafik. Akhirnya sudah mau selesai, setelah bulan ramadhan aku berniat untuk tidak akan kembali karena seperti kata Rafik hanya pada ramadahan aja butuh tambahan pengajar. Biasanya, usai ramadhan jumlah anak-anak yang mau tetap belajar mengaji berkurang jadi aku pikir tidak dibutuhkan lagi tambahan pengajar. “Akhirnya, aku tidak akan menemukan anak-anak kecil yang manja dan suka cari perhatian lagi, hal yang terpikir dibenakku saat itu. Bagiku anak kecil disana terlalu agresif jadi sulit untuk diajari, jadi aku merasa tak mau lagi untuk kembali” . Aku dan Rafik mulai mengajar seperti biasa, kali ini sedikit ditambahkan dengan sedikit permainan anak kecil. Aku sebetulnya enggan untuk melakukannya tapi berhubung aku harus tetep ikut karena pengajarnya emang hanya berdua jadi terpaksa aku turut bermain. “wah kek anak kecil banget” ujarku dalam hati. Akupun terpaksa tersenyum yang sebenarnya aku enggak menyukai permainan untuk anak kecil ini yang sudah lama aku tinggalkan, terakhir aku bermain kek begini disaat usiaku 12 tahun. Tanpa sadar akupun ikut larut dalam permainan tersebut, tadinya senyumku yang terpaksa seakan uda mulai terlupa berganti senyum riang yang sudah lama tak tampak berseri diwajahku. Setelah permainan usai akupun pamit pulang untuk bisa berbuka bersama keluarga dirumah dan seperti biasa Rafik menemani mereka untuk berbuka bersama di masjid itu.

Keesokan harinya tepat dihari terakhir bulan ramadhan aku mengiyakan pinta anak-anak untuk sekali-kali berbuka bareng dengan mereka.  Hari itu aku sendiri lagi karena teman-temanku berhalangan hadir. Seperti biasanya aku membuka dan mengajari mereka semua mengaji, anak-anak yang ramai dan suka mencari perhatian aku gertak jika tidak mau mengaji nanti aku tidak akan mau buka bareng dengan kalian. Akhirnya anak-anak pun mau untuk mengaji. Usai mengaji akupun menunggu berbuka bareng bersama mereka, kami bercanda dan asyik ngobrol mendengar celotehan mereka. Suara adzan mulai terdengar, akhirnya aku memimpin anak-anak untuk berdoa bersama sebelum berbuka kemudian aku membatalkan puasaku dengan minum teh anget yang ada didepanku. Setelah itu aku mulai pergi mengambil air wudhu dan sholat berjamaah dimasjid. Usai sholat ada seorang anak kecil yang menghampiriku dan memberikanku sebuah roti dan berkata “ mas, ini namanya roti senyum lho, aku memberikannya kepada mas agar mas bisa tersenyum. Selama ini aku melihat senyuman mas sedikit, jadi makanlah roti ini agar mas selalu bisa tersenyum, dan jika besok mas kembali mengajar aku tidak takut lagi dengan mas..”. Sebuah panah tertancap didadaku ketika anak itu mengucapkan kata itu. Akupun hanya bisa tersenyum tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun. Akupun pamit untuk pulang dan membawa roti itu pulang.

Dalam perjalanan pulang itupun aku terus kepikiran dengan apa yang diucapkan oleh anak itu. Akupun berhenti sejenak untuk memikirkannya sambil mengingat apa yang telah aku lakukan kepada mereka selama ini. Aku malu terhadap diriku sendiri dan jika mereka tahu aku terpaksa jadi pengajar mereka apakah senyuman mereka akan tetap berkembang, pertanyaan itu selalu muncul dibenakku sampai suatu ketika aku melihat seorang kakek yang sudah mulai berumur tertatih-tatih keluar dari suatu gubuk. Akupun hendak membantunya karena rasa iba. “kek, mau kemana?” tanyaku kepada kakek. Kakekpun menjawab, “biasa nak pergi ke langgar”. Dan akupun memakirkan motorku sambil menawarkan untuk untuk membantu kakek tersebut, “inikan belum isya’ dan adzan masih setengah jam lagi kan?” ujar kakek lagi,” kakek kan sudah renta , jalannya pelan jadi nanti takut sampai tidak pada waktunnya.” Akupun bertanya kembali kepada kakek, “kenapa kakek yang sudah renta ini memaksa untuk tetap pergi ke langgar, padahal kakek bisa saja sholat dirumah.” Dan sambil menunjuk kearahlangit kakek itu berkata, ” lihatlah langit itu nak, bentar lagi berjuta bintang disana sebentar lagi akan tidak ada. Nantipun kita tidak tahu apa mentari pagi akan tetap bersinar atau akan tertutup mendung. Dulu aku sempat yakin mentari pagi akan terus bersinar dipagi hari namun saat itu aku temui mendung dipagi hari. Saat aku yakin siang yang cerah akan berganti dengan malam bertabur bintang tapi yang kutemui dimalam itu hanyalah mendung yang menutupi gemerlap langit malam. Kakek hanya ingin datang tepat waktu selagi pagi masih banyak dijanjikan berjuta “BINTANG” oleh-NYA.” Akupun kembali hanya bisa sambil tersenyum mendengar apa yang diucapkan kakek itu sambil masih kepikiran apa yang dikatakan oleh anak kecil itu. Dalam hati aku berkata, “kakek itu benar saat ini aku masih bisa tersenyum namun aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti, senyum itu bisa berubah menjadi senyum semu atau bahkan senyum simpul.”
Setelah mengantarkan kakek itu sampai kelanggar akupun mengambil motorku dan bergegas pulang untuk makan di rumah sekaligus nanti takbiran bersama keluarga. Ditengah perjalanan aku melihat sekumpulan anak menggemakan takbir bersama, terasa tenang melihat mereka. Akupun teringat pada ucapan Rafik kalau nanti dimasjid ada takbiran bersama anak-anak habis isya’. Berhenti sejenak melihat dan akupun menelpon ibu “ bu, maaf saya gak jadi pulang, tadi saya sudah makan di masjid bersama anak-anak dan saya ijin ingin ikut membersamai anak-anak takbiran.” Ibupun mengijinkanku untuk takbiran bersama mereka. Akupun memutar balik motorku untuk kembali kemasjid dan takbiran bersama karena aku tahu saat ini aku masih diberikan kesempatan oleh-NYA untuk bisa membersamai mereka.
Sesampai di masjid, anak-anak berteriak, “ wei mas Wahid datang, asyik.” Merekapun langsung mendatangiku dan akupun tersenyum melihat senyum mereka. Sambil melihat senyum mereka hatikupun berkata “ senyum mereka begitu lepas akupun pernah seumuran mereka dan aku bisa merasakan senyuman itu karena aku pernah seumuran mereka” akupun turun dari motor sambil diseret anak-anak untuk langsung masuk kemasjid. Aku pun kemudian sambil mendatangi Rafik dan berkata, “aku tadi udah ijin sama ibukku untuk ikut bersama kalian takbiran disini.” Ia pun menyambutku dengan senyuman hangat. Aku memang kagum kepada rafik, ditengah kesibukannya ia masih bisa bermanfaat bagi orang lain. Setelah itu kami dan anak-anak langsung menggemakan takbir dengan menggunakan michropon. “ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR LAA ILAHA ILLALLAHU ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WA LILLA HILHAMD” saling bersautan kamipun bergantian mengucapkan lafal takbir. Hatikupun merasa senang. Tak terasa waktu isya’ pun sudah mulai tiba. Kamipun berhenti dan kemudian mengambil air wudlu untuk kemudian melakukan sholat berjamaah. Seperti biasa karena banyak anak maka masjid ramai, banyak anak yang lari-larian kesana-sini. Akupun langsung membantu Rafik untuk menenangkan dan mengajak mereka untuk langsung mengambil air wudlu. Aku menjadi paham, mereka memanng berbeda mereka bisa membuat aku belajar banyak hal tentang arti kesabaran dan arti sebuah senyum. Di masa anak senyum mereka itu adalah jujur. Setelah mengambil air wudlu kamipun sholat berjamaah. Usai shalat berjamaah kamipun berkumpul kembali untuk meneruskan takbir bersama. Kali ini tercetus dalam benakku bagaimana kalau kita berkeliling kampung sambil takbiran. Akupun kemudian mengutarakan kepada Rafik, ternyata ia pun menyambut baik, anak-anak yang mendengarkannya pun langsung berteriak senang karena mau jalan-jalan keliling bersama. Lagi aku kembali melihat senyum lepas dari mereka. Kamipun kemudian langsung berkeliling kampung, namanya anak pasti sulit untuk diatur agar berjalan dengan tertib, tetep aja ada satu dua orang yang berlarian, tapi kamipun cukup khidmat dan senang mengumandangkan takbir bersama mereka. Sebuah pengalaman yang akan menjadi salah satu cerita terindah dalam lembaran buku kehidupanku. Aku tahu esok adalah sebuah misteri dan akupun tak tahu apa yang terjadi esok, jadi selagi masih diberi kesempatan aku akan selalu merangkai cerita terindah yang tak kan pernah aku sesali. Aku menjadi teringat dengan apa yang diucapkan temanku dulu, “jika ini pagi aku tak kan menunggu sore dan jika ini sore aku tak kan menunggu pagi”. Hidup didunia memang seperti kita menyeberang jalan, hanya sebentar jika aku melakukan sesuatu yang bermanafaat pasti akan kembali kepadaku pula. Membagi senyum itu bukan berarti aku kehilangan senyuman tapi malah akan bertambah senyum itu. Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat (HR. Al-Baihaqi). Hal yang baik memang kadang harus kita lakukan dengan awal yang terpaksa, dan pembiasaan itu akan menjawabnya. Kalau senang bukan menjadikannya suatu beban tapi melakukan dengan rasa ikhlas meskipun itu terkadang sulit tapi mereka telah mengajarkanku bahwa tak ada yang sulit ketika kita mau untuk berusaha untuk melakukan hal yang baik. Sebuah senyum lepas yang kembali kutemui saat aku membersamai mereka.

Usai takbir berkeliling kamipun pulang dan saat itu Rafik berpesan kepadaku “Jangan meremehkan sedikitpun tentang makruf meskipun hanya menjumpai kawan dengan berwajah ceria /senyum. (HR. Muslim)”

25/04/11

laksana pengembara..

aku adalah seorang biasa yang tak tahu mengapa kaki ini terus melangkah. Sesekali aku memang berhenti untuk sejenak melepas lelah yang dirasa. Tak tahu tujuan dan tak tahu kapan langkah ini akan terhenti.
Aku sudah melangkah sampai sejauh ini, tapi pertanyaan itu masih tetap blum ku temukan jawaban bisa membuat hati ini merasa puas. Mengapa kita hidup jika pada akhirnya kita juga akan mati. Meski aku tahu, semua yang ada di dunia ini pasti akan kembali kepada-NYA. Namun tetap hati ini belum bisa menemukan arti pengembaraan ini.
Selalu ada rahasia dibalik rahasia, bagi yang tetap mau berpikir pasti akan temukan jawbnya. Seperti, IA ciptakan siang dg sinar yang begitu terang agar kita terus berkarya, dan IA ciptakan malam yang kan selalu menjaga dari rasa lelah.
Selagi kaki ini masih kuat untk melangkah tolonglah ENGKAU bimbing pengembaraan ini. Mungkin hati terus bertanya tapi aku yakin ENGKAU pasti kan beri jawaban.

17/03/11

kerajaan kesunyian..

Cerita di masa silam,
riuh...
Tak merasakah
hanya sendiri melangkah

mencoba menyatu
tapi tak bisa,
ada tembok yang tak terlihat
ketika mencoba menembus
ternyata tak bisa

aku terus saja berada
dalam kerajaan kesunyian
menikmati
hanya terdiam melihat

mereka mencoba meraih
akupun mencoba menggenggam
tapi genggamanku tak terlalu kuat

dalam sepiku,
aku menikmati kesendirian
disaat riuh suasana
tapi rasa tak peduli
duniaku memang disini

dalam kesunyian aku mencoba menerka
akan arti tawa mereka
mencoba mengerti arti senyum itu

dalam hening aku berpikir
biarkan ku tetap berada dalam istanaku
kerajaan kesunyian
hingga nanti ku temukan pelangi
yang memberi arti setiap kesendirian ini
arti diam..

Ku berharap esok ku raih
tangan kalian dan kan kugenggam erat
dan tak kan kulepaskan
saat dimana aku
menemukan arti hadirku untuk kalian
saat itu tiba
ku ingin melukis pelangi dilangit,
ditemani awan dan sinar mentari senja
serta burung yang turut riang bersama
menambah indahnya langit dikala senja..

10/03/11

pengantarku terlelap..

sunyi
hanya brtamankan angin yang setia
dia tmani aku dengan suara2nya
kadang bikin tenang
kadang jga bikin rasa bergejolak
ktka kau datang menyapa
kulit ini yang terasa
dan bibir inipun brkata
'adem'
tapi trkadang
dikala rasa ini hangat
namun stlah kau sapa, hati ini pun terasa nyaman..
Walau kau senang bergerak kian kemari
tapi kau tetap setia menjdi pengantar..
Hingga aku terlelap,

07/03/11

maaf..

untuk dia pecinta hujan
tak bermaksud
tapi hanya maaf yang bisa ku ucap
smile ya..
aku tidak suka hujan yang ini...
semoga mendung itu lekas berlalu
berganti dengan cerahnya sinar mentari
jangan hujan lagi
aku tak ingin melihatnya....

02/03/11

langkah kaki ini..

tak terhenti hanya pada satu langkah
karena aku ingin terus berjalan
meniti waktu yang terus mengejar
sudah lelah untuk bilang terlelah
jika aku menyerah pada langkah ini
maka langkah yang sudah sejauh ini, terlalu sayang jika harus terhenti..
teruslah melangkah hingga ujung penantian sang waktu itu tiba
..

25/02/11

terimakasih..

..Sebuah renungan..

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat
3 tahun berlalu menyisakan memori indah
Abu-abu putih yang baru kemarin aku kenakan
Kini aku tanggalkan bersama senyum para sahabat yang membersamaiku
ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan,
ketika lelah berteduh di bawah pohon
setelah  itu melanjutkan kembali perjalanan menuju apa yang ingin dituju
baru kemarin mereka mengenalkanku arti sebuah senyuman
namun kini lembaran baru musti aku tapaki
bersama asa dan cita yang hendak aku tuju
saat mata ini terpejam
teringat kembali ketika aku masih duduk di kelas satu
saat itu pertama kali aku mengenal sebuah keluarga diluar keluargaku
aku tidak menyesal membersamai mereka dalam ikatan itu
karena dari situ aku belajar banyak hal
kesempatan yang menurutku anugerah
yang tak tahu kapan akan datang lagi
dalam kisahku
40 orang dengan 40 kepala
Pasti memiliki pemikiran yang berbeda
Ibarat naik angkot, tujuannya pun pasti berbeda
Ada yang dekat ada yang jauh
Ada pulai yang sampai ke terminal angkot
Aku masih awam dengan apa yang menjadi tujuanku saat itu
Mengapa aku harus ikut naik
Padahal ada atau tidaknya aku akan sama saja
Tapi angkot itu seraya terus melambai ke arahku
Mengajakku untuk ikut naik
Saat itu aku putuskan untuk turut serta didalamnya
Aku baru kelas satu, akupun belum paham apa yang musti aku lakukan
Jadi maklum saja jika aku nantinya terus bertanya
Sungguh hebat para kakak-kakakku
Apa yang menjadi buah pemikiran mereka
Akupun tak sampai akal untuk memikirkannya
Begitu banyak warna terbentuk
Saat itupun aku tidak tahu apa yang ingin dikata
Aku pun hanya menyahut ‘iya’ dan melakukan apa yang ia ucap
Kami terbentuk dalam 5 bidang yang bertanggungjawab langsung pada sang nahkoda
5 tambah 1 pastinya 6
Jadi aku tak ambil pusing
Mungkin hanya dengan apa yang menjadi amanah dibidang kami
Maka itu yang menjadi tanggungjawab kami
Lakukan dan selesai urusan
Jadi ngapain diambil pusing
Yang terpenting adalah
“apa yang menjadi warna kami’
Jadi ngapain susah-susah menengok warna lain
Karena warnaku kan yang terbaik
Tak peduli warna lain mulai luntur
Karena itu menjadi urusan yang lain untuk mengembalikannya menjadi cerah kembali
Pernah di suatu saat ada 2 acara yang berdekatan ditempatku dan diwarna yang lain
Aku ternyata butuh sumber daya yang banyak
Aku ambil saja dari warna lain
Toh mereka selalu menjadi teman terbaikku dalam bekerja
Mereka pasti mau bekerja bersamaku
Karena ini acaranya kan sangat besar
Jadi mereka akan pahamlah
Aku tak sadar kalau mereka juga memiliki amanah yang lain
Saat itu aku berpikir, amanah mereka terlalu kecil jadi ini yang lebih besar
Jadi tak apalah mereka membantuku, toh aku bisa membantu mereka
Hanya berjarak satu minggu acaraku dengan acara mereka
Karena acaraku yang duluan dan lebih besar maka harus aku prioritaskan
Dan benar acaraku sukses dan kamipun tersenyum bersama
Namun berjarak satu minggu
Aku hanya bisa melihat acara mereka tidak berjalan lancar
Dari 100 yang datang 17
Kursi itu tampak begitu longgar
Tapi apa mau dikata aku juga tak bisa berbuat apa
Tak terasa sudah setengah tahun
Saat itu bebarengan dengan penerimaan raportku yang pertama
Tapi aku masih saja asyik dengan apa yang kukerjakan bersama warnaku di kapal itu
Saat pulang kerumah
Ayahku hanya terdiam dan tersenyum
Aku merasa senyum itu berbeda makna
Aku takut,
Setelah kubuka raportku ternyata aku tidak masuk 10 besar
Padahal waktu SD dan SMP aku selalu juara
Saat itu Ayahku hanya berkata
Lakukanlah apa yang kau suka
Tapi ingatlah senyum kami  dulu saat akhir semester
Lalu aku menjadi berpikir aPa yang selama ini aku lakukan
Aku telah mengecewakan mereka
Aku sungguh menyesal
Tapi sudah ikut naik
Jadi mau tidak mau aku juga harus turun sampai ke pelabuhan juga
Semenjak saat itu aku mulai mengendurkan semangat untuk terus bersama
Apalagi saat itu aku juga merasa
Aku bekerja sendiri
Dari 10 orang hanya tiga yang membersamaiku
Mungkin memang 4 tambah 6 itu jadinya 2
Dia perencana dan aku pelaksana
Apa karena aku masih kelas satu
Jadi kalian dengan gampangnya menyuruhku untuk terus mengerjakannya sampai selesai
Dimana kalian saat kami butuh
Kami tidak kuat dengan beban ini
Andaikan kalian ada bukannya beban ini menjadi ringan
Aku merasa penat dengan semua ini
Dari semua yang kukerjakan yang kudapat hanya lelah
Bahkan nilaiku dalam pelajaranpun ikut memburuk bersama apa yang dirasa
Jadi mengapa aku harus terus melakukannya
Aku pingin berhenti dari semua ini
Kepenatan yang sangat menyita waktuku
Aku terus mulai bertanya dalam hatiku
Apa yang sebenarnya kulakukan tak sebanding dengan yang kudapat
Aku iri dengan mereka
Aku yang bekerja dengan sepenuh hati yang kudapat hanya lelah
Sedang mereka tersenyum entah apa yang diperbuat
Tapi senyum itu terasa sinis bagiku
Padahal saat kami mengangkat meja ini berempat dengan susah payah
Mereka hanya mengarahkan kemana meja ini harus diangkat
Kesini kesitu dengan gampangnya
Setelah sampai ditempat yang tepat
Mereka hanya bilang aku dan kalian adalah tim yang hebat
Pemandangan diruangan ini jadi indah kan berkat kalian yang mengangkatnya
Kalian hebat dan kita adalah tim yang hebat, senang bisa bekerja dengan kalian
Sebel mendengar kata-kata itu
Dimana sih kalian saat benar-benar dibutuhkan
Setahuku Dua orang lebih baik dari seorang  dan tiga orang lebih baik dari dua orang, serta empat orang lebih baik dari tiga orang.
Semakin dirasa semakin menjengkelkan
Apa ini yang dinamakan tim
Aku tak mau ambil pusing
Yang membuatku kuat adalah mereka yang terus tersenyum membersamaiku
Tak terasa sudah mulai penghujung tahun
Kapalpun mulai sampai di pelabuhan
Ada awal ada akhir
Dan aku telah sampai tujuan
Tak tahu mengapa aku tetap ikut naik dikapal itu
Diperjalananku yang kedua lebih banyak belajar banyak hal
Rasanya berat menjadi seorang kakak
Aku jadi teringat saat itu
Ketika aku berpikir 5 tambah satu ada 6
Ternyata ada banyak kejadian yang membuatku berpikir ulang
Pola pikirku jadi berubah
Ternyata aku mulai berpikir 5 tambah satu itu kenapa tidak satu
Seperti 100 lidi jika ditambahkan pasti akan jadi satu sapu
Sehingga jika tangan ini dicubit mulut berkata sakit
7 orang memang 7 kepala
7 pemikiran akan menghasilkan 7 warna
Yang pada akhirnya jika warna itu disatukan
Maka akan membentuk sebuah warna pelangi
Indah jika dipandang oleh mata ini
Setiap orang mempunyai pengalaman berbeda
Dan pengalaman masing-masing itu akan pasti membentuk perbedaan
Namun perbedaan itu wajar
Itulah warna
Yang membuat kapal itu bisa lebih hidup dan kuat
Karena setiap kita naik tingkat pasti akan ada ujian
Jadi mengapa semua itu musti menjadi beban
Padahal saat itu ketika aku masih juga berpikir jika 6 ditambah 4 itu jadi 2
Ternyayta masih ada yang membuatku tersenyum
Yang membersmaiku terus saja memacuku untuk harus bekerja dengan sepenuh hati
Dan dari yang 6 itu masih ada yang terus membersmaiku
Mungkin adanya berbeda dengan yang membersamaiku
Dia terus memotivasi aku disaat aku terjatuh
Saat aku berpikir prestasi belajarku memburuk
Ada yang menjawab padaku bahwa dia dapat menjadi juara
Padahal setahuku dia lebih banyak mempunyai amanah dibanding aku
Aku tak sebanding dengan dia
Dia selalu juara dengan amanah yang begitu beratnya
Aku masih butuh belajar banyak hal
Memang tidak ada yang sempurna tapi katanya menuju sempurna itu bolehkan
Meski tak semua seperti dia, tapi ada juga yang berkata
Bahwa aku tak sendiri, dia tetap ada msti dia tidak ada dihadapan kami
Ketika aku ingin menangis dia menyruhku untuk berbalik
Setelah itu aku titiskan dan berbalik dan menggantinya dengan tersenyum
Saat aku merasa tersjatuh, maka sejenak aku disuruh terpejam
Kemudian aku disuruh mengingat senyum kedua orangtuaku
Saat aku merasa sepi namun saat aku menoleh ternyata aku tak sendiri
Masih ada senyum yang akan membersamaiku
Dan ketika aku merasa putus asa maka akan ada pertolongan dari DIA Sang Maha Pemberi Pertolongan
Semua itu membuat aku berpikir kembali jika 6 ditambah 4 itu bisa menjadi satu
Karena tidak ada kata aku kamu dalam keluarga
Karena aku ditambah kamu adalah kita
Meski tak semua sepenuhnya melakukan hal yang sama
Tapi  yang aku tahu tetap akan ada yang membersamaiku untuk tetap tersenyum bersama
Pertanyaan yang selalu terbersit dalam hatiku
mengapa aku tetap harus berada di perahu itu?
Mengapa perahu itu ingin aku terus naik?
Pertanyaan yang perlahan mulai terjawab seiring berjalannya waktu
Walau itu terjawab dengan secara tersirat namun sekarang aku paham
Aku belajar mengenal banyak hal di perahu itu
Beragam warna perbedaan ikut menyertai dalam 2 tahun perjalanku di atas perahu itu
Bersama kami belajar mengenal arti sebuah keluarga, walau terkadang kami sering berselisih paham
belajar arti sebuah senyuman meski terkadang kami harus mengurai air mata
Belajar arti sebuah kepercayaan walau terkadang diantara kami sering berkeluh
Belajar bagaimana arti memberi walau terkadang kami juga sering menuntut
Belajar untuk menjadi orang asing atau penyeberang jalan dunia ini
Dengan begitu jika kami berada di sore hari, maka kami tidak akan menunggu pagi hari,
dan jika kami di pagi hari maka kami tidak akan menunggu sore
kami belajar untuk terus melakukan sesuatu hal yang terbaik
belajar bagaimana menjadi seorang yang bermanfaat
seperti hujan lebat yang mengenai tanah.
Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air
lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak.
Daripadanya ada yang keras dapat menahan air
Sehingga akan bermanfaat bagi semua
Ada pertemuan memang akan selalu ada perpisahan
Kalimat yang membuatku sekarang ingin menitiskan air mata
Karena setelah sekian lama
Kini aku menemukan jawab dari pertanyaan itu
Kenapa aku ada, kenapa perahu itu tetap ingin aku menaikinya
Karena satu hal aku mencintai perahu itu
Kesempatan yang tak akan bisa dibeli
Bersama menghabiskan waktu, senang bisa mengenal perahu itu
Bersama melawan keterbatasan walau dengan sedikit kemungkinan
Namun bersama kami belajar  bahwa tidak ada aku dan kamu dalam perahu itu
Tetapi aku dan kamu itu adalah kita
Dan satu ditambah satu itu bisa menjadi satu
Aku pun telah menemukan pelangi
Setelah badai yang kami lalui bersama
Yang membuat kami bisa tersenyum bersama di taman itu
Kenangan yang akan kubawa pergi bersamaku
Sehingga saat malam aku melihat langit luas, dengan bertaburan bintang
aku hanya ingin datang tepat waktu selagi malam masih banyak dijanjikan berjuta “BINTANG” oleh-NYA

15/02/11

hujan yang tak biasa..


Malam  itu langit begitu gelap

Padahal sebelumnya tampak begitu cerah

Ditemani sang bintang

Saat ia kutemui dalam bentuk menyabit

Berharap untuk tidak turun bulir itu

Karena saat ini yang aku ingin

Ialah tetap melihatnya menyabit

Namun apa yang kudapati

Sang lazuardipun berkata lain

Terasa begitu sesak

Aroma basah ini tak aku inginkan

Tik.. tik.. tik...

Rintik yang berlalu begitu cepat

Berganti bulir yang turun kian derasnya

Bumipun langsung basah

Tubuh inipun hanya terdiam

Hanya bisa melihat kian derasnya

Tanpa bisa berbuat apa

Malam kian semakin gelap

Ia tetap dengan derasnya

Ditambah Kilatan cahaya disertai raungan

Menambah rasa ini semakin bergetar

Rasa takutpun datang menyelimut

Berharap Semoga lekas reda

Tapi mengapa malah semakin kencang

Kapan berhentinya

Aku terus bertanya

Namun kali ini hujannya tak biasa

...................................................

Semoga lekas menyabit