25/12/11

mulai ngeblang

entah hilang kemana?
semangat dan rasa yang dulu bisa tertuang dalam sebuah coretan, hilang begitu saja..
semua jadi titik-titik yang berada di awang-awang. ingin merasakan kembali tapi apakah aku bisa??
question for me,,, When????

05/12/11

tuan putri tidur..

..tuan putri tidur..

kurang tahu kenapa dari segala sebutan aku malah memilih nama itu sebagai sebutan.Dulu mungkinkusebut aja putri senyum sehingga ia terus menebarkan keceriaan dan senyum manisnya kesemua orang yang ada disekitarnya. Tuan putri tidur, kedengaran aneh memang tapi nama itu terbesit begitu saja. Berawal dari pertemuan dengan putri manis itu, disore itu tak menyangka kami bisa deket. tapi untuk kesekian kalinya aku salah dalam menafsirkan tentang kedekatan kami yang hanya sebatas teman biasa dan tak lebih, hanya hati ini telah memilih so aku mengalir aja dengan rasa yang ada didalam diri ini. Anak kecil mempertemukan kami, dia emang suka banget ama anak kecil jadi di sore itu dengan keceriaannya dia datang menambah ramai suasana dengan anak-anak. Tapi setlah tahun berganti ia mulai jarang terlihat. Gak tahu apa yang menjadi alasannya tapi mungkin ia sedang tak ingin aja dan memang ada kepentingan yang lain aja jadi ia tak pernah datang. Ia malah sering terlihat murung.
Awalnya mungkin kami hanya saling bertukar kata dalam pesan singkat sampai pada suatu saat kami mulai deket bercerita, ngobrol meski hanya lewat dunia sms tapi boleh dibilang kami sedikit mengerti satu sama lain. ya dia cerewet orangya sih, lugu, polos, baik dan terkadang juga suka lemot dan sukar untuk mencerna suatu makna. satu lagi yang aku inget dia suka bete dan bosen sendiri dengan pesta orang kaya yang formal, dia emang kaya sih tapi namanya juga anak muda mungkin betenya karena gak ada yang sepantaran atau apa juga gak ngerti atau mungkin bukan dunianya, padahal itu dunia asli anak orang kaya, tapi ia tetep aja bete . sebenarnya bayanginya bete aku bisa ketawa sendiri, pingin rasanya ngbuat ia tidak merasa bete. Aku hanyalah orang luar jadi hanya pesan singkat aja yang bisa kulakukan sambil berharap betenya bisa ilang. Tapi yang kudapati berbeda, kayaknya ia tetep aja bete, yach aku memang tak pandai mengubah suasana untuk pertama kalinya aku meraskan aku tak bisa berbuat apa-apa untuk membuatnya senyum.
Ia suka keju, coklat, es krim, durian dan dulunya ia penikmat kopi. Tapi gak tahu kenapa ia sekarang jadi suka yang namanya nangis. Kurang mengerti dengan apa yang terjadi tapi dengan perilakuku, perkataanku aku malah menambah ia jadi senang untuk menangis( padahal senyumnya manis banget bikin kangen). Tapi senyumnya malah jadi senyum simpul.
Teringat keju, durian gak tau kenapa aku tak begitu suka ama kedua macam makanan itu. Terutama durian, padahal menurut orang itu rajanya buah tapi gak tahu alasan apa aku gak suka ama durian. Sejak mengenalnya aku belajar untuk menyukai yang namanya keju, tapi untuk durian tetep tidak bisa. Itulah beda kami meski dulu ia pernah bilang suka warna biru sama seperti aku tapi untuk durian aku belum bisa. Sering perbedaan terjadi diantara kami, selisih pendapat, marah, sling diem menjadi sebuah hal yang kemudian sering kami jalani. Sebenarnya aku yang sering membuatnya jengkel dan marah, tapi aku hanya pingin bilang ‘ aku sudah mulai menikmati apa yang namanya keju”. Pernah suatu kali aku memberikan kado terburuk untuk ulang tahunnya yang ke 19, sebuah tangisan yang seharusnya tak perlu. Karena rasa cemburu aku hanya ingin dia pergi karena aku tak boleh pergi. Rasa itu seharusnya tak kuperturutkan seharusnya aku bersikap sebatasnya teman karena memang tak ada sesuatu yang spesial diantara kami. Aku pingin dia menjadi benci sama aku sehingga ia dapat meraih senyumnya karena aku tahu siapa yang bisa membuatnya tersenyum. Sahabat baikku sendiri yang orangya emang angel dan polisi baginya. Dia baik bahkan baik banget aku tak pantas untuk dibandingkan dngannya. Dia selalu bisa untuk membuatnya tersenyum, beda banget dengan aku yang hanya bisa membuat nya menitiskan air mata. Tapi gak tahu kenapa aku terlalu menikmati peranku menjadi evil, seharusnya aku membantunya untuk bisa tersenyum dengannya, bukan malah memperturutkan egoku. Lagi-lagi aku hanya bisa membuatnya menangis.
Dia suka banget ama foto tapi gak suka untuk difoto dan juga suka banget ama yang namanya bola basket. Sebuah olahraga yang kurang begitu aku sukai. Karena tubuhku tak terlalu tinggi mungkin jadi sejak smp aku tak mau belajar untuk bermain basket. Selain itu mungkin itu memang permainan orng elit bukan seperti aku yang lebih suka bermain gobak sodor. Aku memang orang jadul mungkin jadi lebih tertarik dengan permainan yang kayak gitu. Baru setelah mengenal dia dan teman baiknya aku mulai suka bermain basket walau aku tak jago bahkan tak pandai untuk memainkannya, entah gak tahu kenapa aku jadi suka untuk memainkannya. Beda banget ama angel yang mahir bermain basket dan suka ama foto tapi tak suka untuk difoto. Itulah salah satu kesamaan mereka, lagi-lagi aku terlalu memperturutkan perasaan. Banyak hal bodoh yang aku lakukan, bukan membuat senyum tapi malah membuatnya simpul.
Dia terbiasa dengan ac yang beda banget dengan aku yang gak begitu suka ac. Aku lebih terbiasa bersahabat dengan mentari, ya mungkin itu yang membuat muka ini jadi item padahal ku masih ingat wajahku saat kecil, putih sebenarnya tapi beda banget dengan aku yang sekarang.Setiap kemanapun ia pergi ia sering banget memakai taksi, beda kali ya dengan saya yang keseringan naik bus, memang beda isi dompet yang terlalu jauh haha, masih teringat jelas sekali ia naik bus, gak tahu kenapa aku khawatir. Dia tak terbiasa berdesak-desakan atau kepanasan saat ia bepergian. Aku takut dia akan mabuk perjalanan. Dunia yang bukan dunianya banget. Aku kira dia gak jadi datang tapi malah nekat padahal aku tahu dia sangat tak terbiasa untuk naik bus berdesak-desakkan.Saat kami pulangpun aku hanya bisa nawarin dia untuk naik bus karena memang gak ada taksi ataupun mobil yang bisa untuk mengantarnya pulang. Lagi aku gak pintar untuk mengubah suasana malah aku membuatnya sangat marah dengan sikapku yang memaksanya untuk dia duduk, gak berhenti disitu saja usai turun dari bus bukan taksi yang nyaman yang aku berikan untuknya, malah aku salah pilih taksi karena aku memang tak tahu memilih taksi yang nyaman yang biasa ia gunakan. Duniaku memang berbeda banget dengannya coba kalau bus, aku pasti ngerti mana yang nyaman, mana yang cepet sampei. Dalam taksi itupun aku hanya bisa bilang dalam hati “maafin aku”.
waktu itu dia emang terlihat sedih dan gak tahu kenapa aku hanya pingin ngelihat dia tersenyum aja. Pingin rasa untuk membuat dia senyum tapi tangan ini tak sampai bisa mengusap air mata. teringat jelas waktu dia mau nangis diperpus, bahkan uda keliatan air matanya bukan kata hiburan malah aku memarahinya. Maaf aku memang tak pandai untuk menghibur. Sebenarnya dia hanya pingin menceritakan sesuai dengan apa yang aku minta darinya. Bukannya mendengarkan dengan baik tapi sebelum ia cerita aku tak kuat melihat dia menangis. Gak tahu musti apa yang aku lakukan aku malah memarahinya, ALLAH mungkin saat itu mengingatkan bahwa aku tak boleh ikut campur terlalu dalam. Itu sudah masuk ke arah yang sangat pribadi, masalah yang jika aku turut campurpun tetep gak bisa merubah apa yang terjadi. Seiring berjalannya waktu bukannya menarik diri aku malah menjadi sok ngerti, sok tahu dengan apa yang terjadi. Padahal aku tak pernah tahu apa yang terjadi dengannya. Menjadi orang yang ingin terlihat mengerti tapi bukan senyum yang tak kunjung hadir di wajahnya yang polos itu malah tangis dan simpul yang aku terlihat. Seharusnya sejak peristiwa di perpus itu aku mengerti batasanku tapi aku malah sering melanggar batas itu.
Sedikit ngerti mengenai masalah yang terjadi, ternyata itu masuk ke area yang sangat pribadi, lagi aku berpikir aku siapa? bukan siapa-siapa lantas aku musti berbuat apa? hanya pingin ngelihat dia senyum aja. senyum sehingga air mata tak lagi menetes.
Dia suka banget ama hujan, apa karena itu dia jadi hobi untuk meneteskan air mata. padahal ketika melihat nya menangis aku gak tahu kenapa hati ini juga terasa sesak., katanya hujan itu bisa membuat dia sedikit tenang dalam menghadapi setiap permasalahannya. Dan gak tahu kenapa aku malah melarang dia untuk hujan-hujanan, selain maslah entar jadi skit setelah ujan-ujanan, aku hanya gak pingin aja dia terbiasa dengan hujan. dengan terbiasnya ia dengan hujan aku takut ia jadi terbiasa untuk menangis, karena setiap ia bermain hujan aku mendapatinya ia sering menangis. Hanya dengan melarangnya paling tidak aku pingin dia mengingat, menikmati hujan tak selalu dengan hujan-hujanan.
Di tempat itu tak sengaja aku lewat dan melihat dia baru saja keluar dari kamar mandi. yang bikin aku sesek itu adalah ketika dia bilang abis mimisan. 'Gak pa-pa', dia memang sering terlihat pucet bahkan ia juga membawa in haler, tablet atau pil yang ia namakan vitamin, bahkan sering juga bawa masker. Mungkin karena backgroun orangtuanya yang masih ada hubungannya dengan rumah sakit, meski bukan dokter jadi bawaannya mungkin bisa gitu. dia kuat bahkan lebih kuat dari aku, dengan santainya ia bilang 'gak pa-pa mas, aku kan gak sakit'. padahal aku sampai menghela nafas melihatnya, meski aku tidak tahu kau kenapa tapi aku pingin ngelakuin sesuatu, sehingga wajah itu terlihatnya berseri bukan pasi.
Dia takut banget ama gelap, takut ama kecoa dan juga petir. Tapi yang paling ditakuti itu adalah sesuatu tentang abannya. Hal yang sering membuatnya menangis bahkan lebih dari rasa takut yang terkadang membuatnya bisa berteriak hebat. gak tahu apa yang terjadi diantara mereka, tapi itulah yang membuat ia menangis. sejak saat itu dia seperti orang yang tertidur, suka berperan menjadi oranglain. Lebih tepatnya suka menutupi kesedihannya agar terlihat ceria depan teman2nya. Dia emang selalu tabah dan terlihat ceria menghadapi hari tapi gak tahu kenapa aku melihatnya menangis, sejak saat itu aku menyebutnya "Tuan Putri Tidur" yang belum bangun karena menanti pangeran yang akan membangunkannya dan membuat harinya benar2 penuh senyuman.
Seharusnya sejak dia bilang polisinya itu X aku nyadar itu salah satu alasan yang bisa membuat ia terbangun. aku malah berbuat salah dengan memperturutkan perasaan dalam menjalin ikatan diatara kita, kita memang hanya sebatas teman, dan aku yang salah menafsirkan. bukan salah menafsirkan tapi aku tahu hanya saja bersikap gak mau tahu hanya mementingkan egoku. lagi-lagi kau malah menangis.
aku dulu memang pernah bermimpi pergi kerumahmu dan bertemu dengan ,,, dengan gampang aku bilang pada ,, bahwa aku akan menjaga senyumanmu tapi apa yang kuperbuat malah membuatmu lebih nyenyak tertidur, kau sering cemberut melihat pesan singkatku, kau menangis dengan lakuku, kau jengkel dengan apa yang keluar dari mulut ini, yA, bukan senyum TAPI MALAH TANGIS, mungkin arti mimpi itu terbalik bahwa aku hanya akan membuatnya sering menangis.
Banyak kata yang ingin tertuang tapi aku tak mampu menulisnya dalam coretan ini. aku hanya pingin bilang, Tuan Putri tidur cepatlah kau bangun,,,